PJJ Diterapkan Permanen Setelah Pandemi Covid-19 Selesai?
#TaGurKe-167
PJJ Diterapkan Permanen Setelah Pandemi Covid-19 Selesai?
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nadiem Makarim mengungkapkan dalam rapat kerja bersama Komisi X DPR, pembelajaran jarak jauh (PJJ) bisa diterapkan permanen setelah pandemi Covid-19 selesai. Berdasarkan penilaian Kemendikbud, kegiatan belajar-mengajar dengan memanfaatkan teknologi akan menjadi hal yang mendasar dan memberi kesempatan kepada sekolah melakukan berbagai modeling kegiatan belajar. PJJ akan menjadi permanen, bukan pembelajaran jarak jauh pure saja, tapi hybrid model.
Mungkinkah pembelajaran jarak jauh diterapkan secara permanen?
Sebagaimana dilansir dalam laman kompas.com/03/07/2020, berikut komentar pengamat pendidikan tentang pernyataan Mendikbud di atas.
1. Pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, maksud pernyataan Mendikbud adalah PJJ sebagai bagian dari proses pembelajaran, baik yang sifatnya penuh, maupun hybrid, model daring dan luring. Kalau untuk yang pembelajaran jarak jauh penuh, sepertinya belum siap. Jika model PJJ tersebut diterapkan, hanya ada sebagian satuan pendidikan yang khusus untuk hal itu. Model PJJ dan tatap muka atau blended learning, masih memungkinkan untuk dilaksanakan. Kalau untuk PJJ permanen, tentu harus ada penelitiannya dulu. Karena saat ini PJJ masih mempersyaratkan pertemuan tatap muka dengan tutor, terutama di sekolah terbuka. Perlu kajian akademis yang berbasis riset untuk melihat tujuan dan sasarannya sebelum penerapan PJJ. Sekolah dan guru harus diberdayakan dalam mengembangkan manajemen halaman pembelajaran di sekolah masing-masing, bukan dengan langganan platform daring berbayar. Alasannya, orientasi pembelajaran yang dikembangkan UNESCO mengarah pada kemandirian guru dan sekolah dalam memanfaatkan teknologi. Oleh sebab itu, guru harus mendesain sendiri pembelajarannya. Kalau masing-masing sekolah memiliki platform yang dikembangkan, platform ini bisa dishare ke sekolah lain sehingga alternatif pembelajaran semakin banyak. Hingga saat ini, pembelajaran dengan metode tatap muka lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan riset di AS, mahasiswa di sana tidak terlalu menyukai PJJ. Para mahasiswa ingin kembali ke kampus mereka karena menginginkan proses pendidikan berlangsung dengan tatap muka. Karena sebenarnya pendidikan itu jarak dekat, bukan jarak jauh. PJJ hanyalah alternatif belajar saat situasi normal belum bisa dilaksanakan. Kalau sudah normal, pendidikan itu akan efektif lewat tatap muka langsung. Pendidikan secara tatap muka tidak akan dihapuskan karena sudah terbukti efektivitasnya. Dengan memaksakan semua sekolah dan perguruan tinggi belajar dengan PJJ, akan mendiskriminasi kelompok-kelompok tertentu yang tidak memiliki kemampuan dan akses pada sarana teknologi digital. Kalau PJJ nantinya dilakukan sebagai satu-satunya metode belajar, justru akan mempermiskin berbagai macam metode belajar yg selama ini sudah terbukti efektif membentuk karakter siswa. Hidup adalah tanggapan terhadap realitas. Bila semua dilakukan secara daring atau online, akan ada hal fundamental yang hilang dalam pembelajaran. Sesuatu yang hilang itu adalah sentuhan pengalaman pada realitas melalui interaksi dalam pembelajaran.
2. Pengamat pendidikan Darmaningtyas menilai, pernyataan Nadiem yang menyatakan bahwa PJJ bisa dilakukan dengan hybrid model. Model ini dianggapnya hanya cocok bagi sekolah kategori tertentu. Kalau seperti itu yang dimaksudkan dengan hybrid model, maka itu cocok untuk murid-murid SMA yang masa lalu masuk kategori favorit sehingga fasilitas sekolah cukup, fasilitas pribadi seperti laptop dan WIFIpun ada. Tapi kalau untuk semua jenjang pendidikan, tentu Mas Nadiem tidak mengerti pendidikan.
Dunia pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan semata, tetapi juga keterampilan dan nilai yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan karakter. Hybrid model hanya cocok untuk transfer pengetahuan, tidak cocok untuk transfer keterampilan dan transfer nilai. Pendidikan karakter itu bukan hanya pengetahuan saja, tapi teladan perilaku. Gerak tubuh murid saat diterangkan oleh guru, bagaimana cara murid menyapa guru, bergaul dengan sesamanya, pilihan kata-katanya dalam pergaulan. Semua itu dapat dipakai sebagai sarana melihat murid itu memiliki karakter tidak. Relasi sosial ini sangat penting untuk meniti karier maupun usaha setelah tamat dari sekolah. Kalau anak-anak sejak kecil sudah dikungkung di rumah dan belajar mandiri, selain akan melahirkan sikap yang individualis, juga akan melahirkan keterasingan di masa mendatang karena anak-anak tidak memiliki relasi sosial yang mereka butuhkan. Inilah sebetulnya bahaya dari pembelajaran jarak jauh secara permanen.
PJJ di masa pandemi Covid-19 saat ini saja masih banyak menemukan kendala, bagaimana mungkin nanti diterapkan secara permanen? Lebih banyak sekolah yang tidak bisa menerapkan PJJ ketimbang yang melaksanakan, Mas Menteri....
@home, 4 Juli 2020
Marlina, S.Pd.
#MenujuGurusiana365
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
PJJ tidak tepat bagi semua sekolh
Betul.....
Inggeh bu, benar ulasan jenengan.Apalagi kami yang di Papua, dengan jaringan dan Listrik yang juga merupakan kendala terbesar untuk dunia Pendiidkan bila PJJ.Mudah-mudahna ada solusi solusi yang lebih baikBarakallah !
Moga PJJ tidak permanen apalagi untuk SD kurang efektif, lebih baik tatap muks terjalin hubungan baik antara guru dan siswa trm ksh ibu
Aamiin
Pendidikan jarak dekat lebih mengena ke hati
Setuju
Benar Bu... sejatinya pendidikan itu jarak dekat... bukan pendidikan jarak jauh... kembali kepada tujuan pendidikan Indonesia yg ingin membentuk insan bertakwa... itu semua harus ada touch social nya... tulisan ibu benar2 up to date dan keren... sukses slalu bu Marlina
Terima kasih, Bu Rifni. Saya banyak belajar pada gurusianer di MGI, termasuk pada Ibu
Tatap buka sangat memiliki banya manfaat dan ke ubtungan baik siswa, orabg tua atau guru
Sepakat!
Pjj hanya untuk mereka yg punya fasilitas dan akses jaringan yg bagus. Hemat saya juga hanya untuk transfer ilmu dan atau tugas. Kalau untuk pendidikan masih belum bisa tersentuh. Andai tersentuh, lagi-lagi itu teori. Kasihan anak-anak juga mereka hanya di r7mah dan di rumah. Kalau banyak giat yg manfaat g masalah, kalau ada ortu di rumsh ada yg pantau mereka. Bagaimana dg kehidupan Si Miskin? Semoga kita selalu diparingi sehat walau pandemi sangat dekat bahkan bersama kita. Semoga kita mampu mengalahkannya.
Aamiin. Ulasannya mantul, Bu Rina....
Betul bu, pembelajaran tm bermanfaat juga sebagai pembelajaran bersosial dg komunitas d sekolah
Setuju!
Mantap infonya. Semoga PJJ nggak dipermanenkan. Yang pasti sd kecil seperti sd masih sangat tdk mampu say
Saya juga kurang setuju permanen PJJ
Sepakat!
Klu PJJ diterapkan tentu akan ada perampingan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan tp kayaknya gak mungkin Terutama Krn masalah jaringan
Tetap tatap muka yg terbaik, bisa melihat dan mengajarkan nilai karakter ya bun, keren bu.
Terima kasih....
Terus pa Nadiem yang terhormat kalo PJJ mau di permanen kan gedung sekolah nya mau dijadikan apa mau dijadikan tempat UKA UKA yaa hiks
Hehehe.....
PJJ membatasi kita sebagai makhluk sosial......
Lerres, Ustadz!
PJJ tidak efektif...semoga tidak permanen
Aamiin
lebih suka pembelajaran tatap muka, langsung berinteraksi dengan siswa...salam sukses bu...
Salam sukses juga untuk Njenengan
Lebih seru dan mengasikan luring bu daripada daring hehe. Semoga tidak permanen ( amin )
semoga pandemi segera berlalu
Pengalaman pribadi, pjj tidak diharapkan oleh semua siswa saya, hampir setiap hari mereka bertanya kapan sekolah, mereka semua rindu sekolah, rindu Bu Guru dan Pak Guru, tak enak katanya jika hnya bertemu sekali. Sarana dan metode sehebat dan secanggih apapun masih belum bisa mengalahkan kontak batin dan sentuhan sosial yg terjalin.
Pengalaman pribadi, pjj tidak diharapkan oleh semua siswa saya, hampir setiap hari mereka bertanya kapan sekolah, mereka semua rindu sekolah, rindu Bu Guru dan Pak Guru, tak enak katanya jika hnya bertemu sekali. Sarana dan metode sehebat dan secanggih apapun masih belum bisa mengalahkan kontak batin dan sentuhan sosial yg terjalin.
Lebih enak tatap muka,,,semoga cepat berlalu(Aamiin)
Aamiin